Kamis, 18 Oktober 2012

Visual Merchandising Attraction: Senjata Merayu yang Paling Ampuh Agar Orang Membeli Apa pun yang Anda Jual

Judul Buku: Visual Merchandising Attraction: Senjata Merayu yang Paling Ampuh Agar Orang Membeli Apa pun yang Anda Jual
Penulis: Rudy Jusup Sutiono
Format: Soft Cover
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, 2009
Tebal: 234 halaman

Dalam dunia komunikasi pemasaran, kunci utama menuju kesuksesan adalah berhasil tidaknya kita dalam menarik perhatian calon konsumen kita. Media komunikasi pemasaran yang begitu beragam mengakibatkan perubahan besar pada pola penggunaan media komunikasi pemasaran. Jika dulu sumber informasi dan hiburan hanya terbatas pada media televisi, radio, outdoor, dan media cetak, saat ini kita dapat mengakses informasi melalui media internet dan ponsel kita. Aktivitas sosialisasi pun dapat dilakukan di internet dengan membangun jejaring social, baik di tingkat domestik maupun global.

Perkembangan yang berlangsung tersebut tentunya menjadikan pemasar semakin sulit untuk menjangkau dan “menarik perhatian” konsumen, akibat semakin banyaknya media yang berebut menjangkau mereka.

Ada satu hal yang sering terlewatkan/terlupakan oleh kita. Ketika media komunikasi semakin beragam dan berubah dengan cepat, pola belanja dan kebiasaan berbelanja tidak mengalami perubahan yang cukup berarti, khususnya untuk produk-produk konsumen—fast moving consumer products. Sejauh ini, penjualan produk masih didominasi oleh penjualan yang bersifat on ground ketimbang on line. Berarti, konsumen tetap  mengunjungi gerai-gerai penjualan (point of purchase) untuk membeli produk yang mereka butuhkan.

Di sinilah visual merchandising yang atraktif sangat berperan dalam mempengaruhi calon konsumen menentukan produk yang akan dibelinya. Begitu pun pada saat pameran. Berbagai perusahaan tentunya akan berusaha menggoda pengunjung untuk membelanjakan uangnya. Terkadang, yang membuat pengunjung keranjingan belanja bukanlah barang-barang yang dipamerkan, tapi juga bagaimana perusahaan menciptakan suasana yang atraktif, agar pengunjung datang ke stan mereka.

Para merchandiser sudah membuat sesuatu yang atraktif sejak mata memandang dari jarak sejauh mungkin. Pilihan gambar, tulisan, tata letak, ukuran, warna, pencahayaan, dan pernak-pernik aspek merchandising ternyata sungguh luar biasa. Semakin dekat dengan stan—terlebih lagi setelah masuk ruang stan—pengunjung makin terbius dengan segala penampilan produk yang ditata apik, diperagakan secara demonstratif, lalu mereka tanpa sadar akan mengeluarkan dompetnya, dan terjadilah transaksi.

Peperangan dalam visual merchandising menjadi kian seru, apalagi dalam setiap pameran pasti ada merek-merek pesaing. Semua akan berlomba untuk merayu dengan senjata mutakhir visual merchandising-nya agar pengunjung mau masuk dan membeli. Senjata-senjata visual merchandising itu akan banyak ditemukan dan disinggung dalam uraian buku ini. Dalam ajang pertempuran bisnis itulah kemampuan dan profesionalitas para pemasar benar-benar diuji dalam menggarap aspek visual merchandising untuk mereknya.

Prinsip visual merchandising sesungguhnya secara alamiah telah diterapkan oleh para penjual sejak zaman dulu. Misalnya, perusahaan jamu Jago dulu memakai mobil dan orang-orang cebol untuk menarik pengunjung datang ke tempat penjualan mereka. Begitu juga para pedagang di pasar tradisional. Mereka seakan berlomba menjalankan aktivitas merchandising untuk membuat barang dagangannya cepat laku.

Karena tempatnya terbatas—sedangkan barang dagangannya banyak—tentunya mereka akan memprioritaskan menampilkan barang-barang yang cepat laku dan banyak dicari konsumen. Saat ini, dengan keterbatasan ruang pamer di kios/tempat usaha, maka pihak toko mulai mengomersialkan dan menyewakan tempat mereka sebagai sarana visual merchandising kepada pemilik merek.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana para pemasar harus mendesain visual merchandising berdasarkan tema yang ingin dikampanyekan kepada calon pelanggan. Bagaimana teknik untuk membuat pola display, mengatur facings (muka produk), mengatur grouping product, dan melakukan dekorasi, dapat ditemukan dalam buku ini.

Para pemasar saat ini dituntut untuk selalu kreatif dan memiliki jiwa seni untuk melakukan pengembangan visual merchandising sesuai dengan brand personality/character/identity, kondisi ruang, waktu, dan lingkungan tempat yang berbeda-beda. Jadi, tidak salah jika visual merchandising merupakan “senjata penarik perhatian” paling ampuh yang saat ini masih sering terlupakan dan belum dioptimalkan untuk meningkatkan penjualan dan pangsa pasar.

Buku ini sangat inspiratif, praktis, dan berguna bagi para pemasar. Visual Merchandising Attraction yang ditulis oleh Rudy Jusup Sutiono ini menjabarkan secara detail peran visual merchandising dalam trade marketing/marketing channel, yang merupakan moment of truth terjadinya suatu transaksi. Buku ini juga menjelaskan berbagai teknik, metode, dan prinsip berikut contoh dan tampilannya yang telah diterapkan di berbagai perusahaan secara kreatif, inovatif, dan lengkap. Tentunya hal ini dapat dengan mudah diimplementasikan di lapangan.

Visual Merchandising Attraction ini juga sangat berperan dalam membantu terjadinya selling out/sell through khususnya di retail channel.

Rudy Jusup Sutiono mempertajam wawasan kita akan peran Visual Merchandising sebagai silent salesman. Tidak hanya secara teori, tapi juga berdasarkan pengalaman profesionalnya di bidang field marketing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar