Air
Asia, maskapai penerbangan asing, memang berani memasang tarif
terbangnya dengan sangat murah. Bayangkan, untuk penerbangan dari/ke
Johor Bahru–Jakarta saja, mereka mematok harga Rp 99.999. Suatu angka
fantastis yang sangat psikologis. Jelas harga ini berada di bawah harga
rata-rata maskapai penerbangan domestik yang berlaku. Lihat saja, Lion
Air yang hanya berani memasang tarif Jakarta–Kuala Lumpur sekitar satu
jutaan, atau Garuda yang mematok harga sekitar 1,5 juta. Dengan trayek
yang sama, yaitu Jakarta– Kuala Lumpur, Air Asia justru berani pasang
psikologis harga sebesar Rp 149.999.
Strategi harga yang digunakan oleh Air Asia ini, jelas akan mengancam
keberadaan maskapai penerbangan nasional. Selisih harga yang begitu
mencolok, tentu saja membuat maskapai penerbangan nasional jadi
ketar-ketir. Bagaimana tidak, dengan tarif Air Asia yang begitu murah,
bukan tidak mungkin akan banyak penumpang yang menggunakan jasa
penerbangan mereka. Namun demikian, laku tidaknya sebuah maskapai, tentu
saja dipengaruhi banyak faktor. Dan pelanggan tentunya tidak buta akan
hal ini. Jika ternyata layanan mereka tidak sesuai dengan ekspektasi
pelanggan, maka pricing strategy yang mereka usung bakal sia-sia.
Fenomena ini merupakan hal yang menarik dalam dunia pemasaran, sebab, dengan demikian, prinsip service, quality, dan assurance (servqual), akan menjadi sangat penting dalam dunia penerbangan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar