Kamis, 18 Oktober 2012

Psychological Pricing Strategy

Air Asia, maskapai penerbangan asing, memang berani memasang tarif terbangnya dengan sangat murah. Bayangkan, untuk penerbangan dari/ke Johor Bahru–Jakarta saja, mereka mematok harga Rp 99.999. Suatu angka fantastis yang sangat psikologis. Jelas harga ini berada di bawah harga rata-rata maskapai penerbangan domestik yang berlaku. Lihat saja, Lion Air yang hanya berani memasang tarif Jakarta–Kuala Lumpur sekitar satu jutaan, atau Garuda yang mematok harga sekitar 1,5 juta. Dengan trayek yang sama, yaitu Jakarta– Kuala Lumpur, Air Asia justru berani pasang psikologis harga sebesar Rp 149.999.

Strategi harga yang digunakan oleh Air Asia ini, jelas akan mengancam keberadaan maskapai penerbangan nasional. Selisih harga yang begitu mencolok, tentu saja membuat maskapai penerbangan nasional jadi ketar-ketir. Bagaimana tidak, dengan tarif Air Asia yang begitu murah, bukan tidak mungkin akan banyak penumpang yang menggunakan jasa penerbangan mereka. Namun demikian, laku tidaknya sebuah maskapai, tentu saja dipengaruhi banyak faktor. Dan pelanggan tentunya tidak buta akan hal ini. Jika ternyata layanan mereka tidak sesuai dengan ekspektasi pelanggan, maka pricing strategy yang mereka usung bakal sia-sia.

Fenomena ini merupakan hal yang menarik dalam dunia pemasaran, sebab, dengan demikian, prinsip service, quality, dan assurance (servqual), akan menjadi sangat penting dalam dunia penerbangan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar